Anak Kita, Globalisasi & Gadget Canggih

Table of Contents

Anak-Kita,-Globalisasi-&-Gadget-Canggih

Globalisasi adalah kata yang kerap kita baca, kita dengar. Apa sebetulnya yang dimaksud dengan globalisasi? Dari Wikipedia (http://en.wikipedia. org/wiki/globalization), Globalization (or globalisation) describes a process by which regional economies, societies, and cultures have become integrated through a global network of communication, transportation, and trade

Intinya, kita terhubung dan terintegrasi satu sama lain dengan masyarakat dunia. Dan konektivitas global terbangun karena adanya internet. Hal ini selain membuka dunia kita lebar-lebar, secara simultan juga mendorong semakin pesatnya perkembangan kecanggihan teknologi. 

Hal ini mendorong semakin tingginya jumlah pengguna komputer pribadi, sehingga laju pertukaran informasi global menjadi luar biasa deras, dan membuat setiap individu di belahan dunia manapun, sejauh ia memiliki koneksi internet, dapat saling terhubung satu sama lain dengan siapa saja di seluruh dunia, tanpa terhalang jarak dan waktu. 

Semua yang terjadi ini, membangun sebuah konekitivitas yang terus menerus melaju makin cepat antara perkembangan teknologi sekaligus pesatnya perkembangan teknologi internet (dengan adanya workflow software), memungkinkan semua individu berkolaborasi pada suatu proyek dari segala penjuru dunia. 

Bayangkan, hanya dengan berbekal satu komputer pribadi (PC atau notebook, bahkan sekarang perkembangan teknologi peranti komunikasi menjadi semakin canggih dan murah!) dan dengan adanya jaringan internet, kita siap mendunia.

Hal ini tentu juga mempengaruhi PERILAKU MANUSIAnya. Termasuk kita! Juga anak-anak kita! Jujur saja, semakin hari kita membangun ketergantungan yang semakin besar kepada segala macam perangkat elektronik, terutama gadget komunikasi canggih. Bukan hanya untuk kebutuhan yang sifatnya lebih mendasar, melainkan juga untuk kebutuhan sosial, bahkan status. 

Ada berapa banyak dari kita yang tidak mungkin bisa lepas dari segala perangkat canggih itu? Bahkan, belum lama ini saya jadi olok-olok karena saat itu belum menggunakan BlackBerry! Ketika berjalan-jalan di manapun, saya melihat nyaris semua orang menggunakan perangkat canggih. Entah BlackBerry, IPhone, IPad, dan entah perangkat elektronik canggih apa lagi. Bukan hanya oleh orang dewasa, melainkan juga anak-anak di usia yang masih sangat belia. 

Dampak dan Bahaya penyalahgunaan teknologi Beberapa waktu yang silam saya diminta untuk tampil sebagai pakar psikologi dalam peluncuran sarana pencarian teman melalui sms oleh sebuah provider telepon. Sasaran-nya, tentu kepada remaja. Terus terang saja, kalau kita menyimak sungguh, kita bisa melihat bagaimana tren marketing sekarang menempat-kan remaja sebagai target. 

Hal ini terjadi terutama karena karakteristik remaja yang belum ajeg dan dalam proses menemukan jati diri membuat-nya menjadi sasaran pemasaran yang empuk. Di situ saya bicara tentang kebutuhan remaja, sebagai mahluk sosial, untuk terkoneksi dengan teman sebayanya. 

Untuk berkenalan, dan menjalin relasi pertemanan. Sangat mungkin relasi ini berlanjut menjadi sebuah relasi yang lebih serius. Dan sarana yang ada membuka peluang remaja untuk mengenal lebih banyak teman. 

Sehingga peluang untuk memperoleh teman-nya menjadi lebih luas, juga dari dari wilayah Indonesia yang berbeda dengan dirinya lalu terhubung dengan mereka. Di satu sisi, ini membuka peluang remaja untuk membangun networking yang sangat luas.

Hal ini bisa sangat menguntung-kan si remaja. Mengapa? Dengan biaya yang relatif terjangkau, ia bisa bergaul dengan lebih banyak orang melalui sarana telekomunkasi canggih. Murah, dan benefitnya banyak. Selain punya prospek pergaulan yang luas, ia bisa menyeleksi dengan siapa ia ingin bergaul. 

Apa yang saya bicarakan di atas, sebetulnya adalah bagian dari kebutuhan mendasar pada manusia. Kebutuhan untuk berinterkasi dengan orang lain, kebutuhan untuk eksis, kebutuhan untuk diakui, diterima, dihargai. Dan semuanya adalah bagian dari kebutuhan sosial. Manusia adalah mahluk sosial. Segala sarana yang ada, termasuk gadget teknologi canggih, adalah sarana untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan kapasitas kemampuan yang bisa diberikannya. Mengapa? Karena secanggih apapun, alat adalah alat. 

Alat memiliki keterbatasan, dan tidak pernah mampu secara total menggantikan interaksi yang sehat antar manusia. Selain itu tetap ada hal-hal lain yang perlu diwaspadai. Mengapa? Karena sarana berkomunikasi melalui dunia maya ini juga rentan disalahgunakan. 

Tentunya hal ini juga terkait dengan potensi masalah kriminalitas. Maksudnya, komunikasi dan relasi itu sifatnya timbal balik. Sehingga tidak hanya kita yang bisa memilih teman, tetapi dari entah berantah ada orang yang juga bisa memilih kita untuk jadi teman. Ini yang aman. 

Karena hidup memiliki dinamika yang begitu kompleks, tidak semua orang yang menggunakan sarana komunikasi canggih ini adalah orang baik. Pada saat yang bersamaan jika tidak bijaksana dan berhati-hati menggunakannya. Kita juga potensial menjadi mangsa sekaligus predator. 

Selain bahaya kriminalitas, ada bahaya lain yang berpotensi masuk ke dalam berbagai gangguan kejiwaan. Untuk hal yang ini, kapan-kapan akan saya jelaskan. Nah, apa yang saya jelaskan tadi adalah terkait pada kita, orang dewasa. Bagaimana dengan anak-anak kita? Terutama di usianya yang masih sangat belia? 

Sekali lagi, jika kita tidak bijkasana bersikap dalam mendampingi mereka, jiwa-jiwa polos inilah yang paling potensial menjadi korban. Apa yang perlu dilakukan orangtua? Apakah lalu anak-anak kita asingkan dari segala perangkat canggih tersebut? Tidak juga. Karena selain potensi bahaya di atas, manfaat segala perangkat itu juga banyak sekali. 

Jadi bagaimana caranya, agar meskipun anak-anak kita dilengkapi dengan segala perangkat berteknologi mutakhir, ia tetap berkembang secara wajar, baik dan santun? 

Yang pertama, kita harus sadar serta paham sungguh, bahwa anak-anak kita tidak boleh tumbuh sendirian tanpa kita. Anak-anak, terutama di usia yang lebih muda, mutlak membutuhkan orangtuanya untuk menemani, membimbing dan mendampingi dia bertumbuh. 

Peran ini tidak pernah boleh digantikan kepada orang lain! Mengapa? Karena yang adalah orangtua anak-anak ini kita bukan? Investasikan rasa percaya anak kepada kita, orangtuanya. Hal ini perlu kita lakukan sejak usia anak masih sangat dini. Mengapa? Agar anak yakin, orangtuanya adalah yang paling bisa ia percayai. Sehingga segala hal baik yang kita sampaikan kepada anak, akan diterimanya dengan sepenuh hati. 

Dengan adanya rasa percaya ini, anak akan menempatkan kita sebagai sahabatnya. Dan ia akan senantiasa jujur kepada kita. Termasuk menceritakan segala rahasianya, teman-temannya, pengalaman hidupnya, perasaannya. Termasuk password facebook-nya!!! 

Dari situ, kita bisa selalu nyambung dengan anak kita, dan up-dated dengan apapun yang terjadi padanya, sekaligus sambil memberikan nasehat, ide, insight yang baik kepada anak. 

Jadilah role model yang baik untuk anak. Mengapa? Karena sejak awal kehidupannya, anak belajar dari orangtuanya. Segala perilaku yang ditampilkan anak, adalah cerminan perilaku kita sendiri, orangtuanya.


#ditulis oleh Ratih Ibrahim, Psikolog

Post a Comment