Widget HTML #1

Eksperimen Gila Tentang Rasa Takut dan Trauma oleh John Broadus Watson

INFO DAPODIK & PENDIDIKAN. Pernahkah Anda merasa takut terhadap sesuatu? Pasti nya iya dong. Kita semua memiliki sifat bawaan sejak dilahirkan, yaitu rasa takut.

Tetapi sebenarnya apa yang kita takuti adalah sebuah hasil dari pengalaman yang kita alami (traumatis).

Hal ini diteliti oleh John Broadus Watson (1879-1958), yang juga merupakan penemu Teori Behaviorisme. 

Anda penasaran seperti apa eksperimen yang dikenal dengan Little Albert Experiment ini?

Ide eksperimen John Broadus Watson muncul berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Petrovic Pavlov, salah satu psikolog paling terkemuka dalam sejarah (penemu classical conditioning). 

Dalam teori Pavlov, mengemukakan bahwa belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response).

Berdasarkan penelitian Pavlov inilah, John Broadus Watson mencari jawaban atas pertanyaan "apakah ketakutan merupakan sebuah reaksi yang muncul perlahan ataukah hanya sebuah naluri?"

Watson dan Rosalie Rayner (1920) melakukan Eksperimen Little Albert untuk menjawab 3 pertanyaan:

  1. Dapatkah bayi dikondisikan untuk takut pada binatang yang muncul bersamaan dengan suara yang keras dan membangkitkan rasa takut?
  2. Apakah ketakutan seperti itu akan berpindah ke hewan lain atau ke benda mati?
  3. Berapa lama ketakutan seperti itu bertahan?

Ivan Pavlov menunjukkan bahwa pengkondisian klasik diterapkan pada hewan. Apakah itu juga berlaku untuk manusia? 

Dalam eksperimen yang terkenal (meskipun secara etika meragukan), John Watson dan Rosalie Rayner menunjukkan bahwa hal itu benar.

Subjek Penelitian

John Broadus Watson dan Rayner mulai mengamati anak-anak di tempat penitipan anak di Rumah Sakit John Hopkins. 

Dengan beberapa syarat dan kondisi yang diamati, John Broadus Watson memilih subjek penelitiannya yang dinamakan The Little Albert.

Eksperimen Gila Tentang Rasa Takut dan Trauma
Gambar 1

Eksperiman Dilakukan Terhadap Subjek

Eksperimen dilakukan, Little Albert diperkenalkan terhadap beberapa benda dan objek seperti tikus, kelinci, mainan berbulu, kertas yang terbakar, dan topeng yang tentunya baru pertama kali dilihat oleh Little Albert. 

Tujuannya tahap ini adalah untuk melihat bagaimana refleks dari Little Albert (unconditioned responses) terhadap benda-benda tersebut. 

Hasilnya, Little Albert hanya tersenyum pada semua benda yang dilihatnya itu.

Eksperimen Gila Tentang Rasa Takut dan Trauma
Gambar 2

Kelanjutan Eksperimen

Kelanjutan eksperimen, Little Albert dibawa ke sebuah ruangan kosong. 

Hanya terdapat sebuah matras di ruangan itu. 

Little Albert dibiarkan sendirian, kemudian dibawa masuk sebuah tikus putih ke dalam ruangan itu. 

Little Albert yang masih polos tidak menunjukkan ketakutan terhadap tikus putih ini, justru malah tertawa dan bermain dengan objek.

Eksperimen Gila Tentang Rasa Takut dan Trauma
Gambar 3

The Evil Part

Tahap eksperimen selanjutnya, tikus yang sama dimasukkan kembali ke dalam ruangan, namun dengan kondisi yang berbeda. 

Little Albert dipaparkan dengan suara pukulan palu pada sebuah meja besi.

Eksperimen Gila Tentang Rasa Takut dan Trauma
Gambar 4

Selanjutnya, karena merasa asing dengan suara yang diberikan, akhirnya Little Albert menjadi takut dan mulai menangis. 

Setelah beberapa saat, suasana kembali normal (tidak ada paparan suara palu), Little Albert melanjutkan bermain dengan tikus. 

Lalu, setiap mulai menyentuh tikus, kembali suara palu dibunyikan. 

Keadaan ini dilakukan terus-menerus, hingga akhirnya Little Albert merasa takut untuk menyentuh tikus itu.

Eksperimen Gila Tentang Rasa Takut dan Trauma
Gambar 5

Ketakutan Terjadi

Tahap eksperimen The Evil Part tersebut terus diulang-ulang selama beberapa hari, hasilnya Little Albert merasa takut dan tertekan setiap kali melihat benda berbulu, terutama berwarna putih.

Merasa tidak cukup puas dengan hasil eksperimen, John Broadus Watson dan asistennya mencoba masuk ke dalam ruangan dengan menggunakan topeng Father Christmas dan kostum berbulu untuk melihat respon Little Albert.

Eksperimen Gila Tentang Rasa Takut dan Trauma
Gambar 6

Ternyata, Little Albert tetap merasakan ketakutan sama seperti saat melihat benda berbulu dan berwarna putih. 

Ketakutan Little Albert sudah tertanam di memorinya.

Eksperimen Terhadap Subjek Selesai

Meskipun eksperimen John Broadus Watson ini dianggap berhasil untuk membuktikan classic conditioning, semua orang setuju bahwa ini adalah eksperimen jahat, tidak etis dan paling tidak manusiawi dalam sejarah. 

Satu hal yang pasti, meskipun classic conditioning terbukti, namun percobaan ini membuat trauma pada Little Albert, ia merasa tidak nyaman ketika ditinggal sendirian.

Eksperimen Gila Tentang Rasa Takut dan Trauma
Gambar 7

Lebih parahnya lagi, para psikolog tidak pernah mencoba terapi untuk pemulihan Little Albert dan justru meninggalkan rumah sakit tempat Little Albert dititipkan.

Percobaan ini memicu banyak reaksi negatif di kalangan masyarakat umum dan juga para psikolog. But what is done is done.

Nasib Tragis Subjek, Little Albert

Dan pada akhirnya, nasib tragis menimpa Little Albert, yang nama sebenarnya adalah Douglas Merritte. 

Little Albert berubah menjadi seorang anak dengan gangguan kepribadian dan fobia terhadap objek yang berbulu berwarna putih.

Eksperimen Gila Tentang Rasa Takut dan Trauma
Gambar 8

Little Albert meninggal karena hidrocephalia sebelum usianya menginjak ke 7 tahun.

Critical Evaluation

  • The researchers confounded their own experiment by conditioning Little Albert using the same neutral stimuli as the generalized stimuli (rabbit and dog).
  • Some doubts exist as to whether or not this fear response was actually a phobia. When Albert was allowed to suck his thumb he showed no response whatsoever. This stimulus made him forget about the loud sound. It took more than 30 times for Watson to finally take Albert's thumb out to observe a fear response.
  • Other limitations included no control subject and no objective measurement of the fear response in Little Albert (e.g. the dependent variable was not operationalized).
  • As this was an experiment of one individual the findings cannot be generalized to others (e.g. low external validity). Albert had been reared in a hospital environment from birth and he was unusual as he had never been seen to show fear or rage by staff. Therefore, Little Albert may have responded differently in this experiment to how other young children may have, these findings will therefore be unique to him.
  • The Little Albert Experiment was conducted before ethical guidelines were implemented in psychology, and this study can only be judged retrospectively. For example, (i) the experiment was conducted without the knowledge or consent of Albert's parents, (ii) creating a fear response is an example of psychological harm, and finally (iii) Watson and Raynor did not desensitize Albert to his fear of rats.

The cognitive approach criticizes the behavioral model as it does not take mental processes into account. They argue that the thinking processes that occur between a stimulus and a response are responsible for the feeling component of the response.

Ignoring the role of cognition is problematic, as irrational thinking appears to be a key feature of phobias. Tomarken et al. (1989) presented a series of slides of snakes and neutral images (e.g. trees) to phobic and non-phobic participants. The phobics tended to overestimate the number of snake images presented.

Kesimpulan

Berikut adalah ringkasan atau kesimpulan Eksperimen Little Albert:

  • Watson dan Rayner memberi Little Albert seekor tikus putih dan dia tidak menunjukkan rasa takut.
  • Watson kemudian menghadiahi tikus itu dengan suara keras yang mengejutkan Little Albert dan membuatnya menangis.
  • Setelah asosiasi tikus putih terus menerus dan suara keras, Little Albert secara klasik dikondisikan untuk mengalami ketakutan saat melihat tikus.
  • Ketakutan Albert digeneralisasikan ke rangsangan lain yang mirip dengan tikus, termasuk mantel bulu, beberapa kapas, dan topeng Father Christmas.

Hasil yang signifikan dicapai pada akhir percobaan ini. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia (rasa takut) merupakan hasil dari paparan yang diberikan lingkungan secara berulang. 

Dengan kata lain, lingkungan lah yang membentuk kepribadian manusia.

Apakah Anda setuju dengan John Broadus Watson? Atau ada pendapat lain? langsung komen aja ya di kolom komentar di bawah.

Terima Kasih.

Salam Satu Data Pendidikan Indonesia.


Sumber: 
  • https://kask.us/ivJcD
  • https://www.simplypsychology.org/little-albert.html

Post a Comment for "Eksperimen Gila Tentang Rasa Takut dan Trauma oleh John Broadus Watson"