Perilaku Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar

Table of Contents

Bullying/ Perundungan pada Anak

INFO DAPODIK & PENDIDIKAN. Lingkungan sekolah khususnya jenjang Sekolah Dasar kerap terjadi peristiwa dan perilaku Bullying/ Perundungan pada Anak.

Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia yang memiliki peranan dalam keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya.

Pendidikan dasar di Indonesia merupakan pondasi bagi jenjang pendidikan selanjutnya haruslah berperan dalam membentuk suatu pondasi yang kokoh berkaitan dengan watak serta kepribadian anak khususnya peserta didik.

Namun, apabila pondasi dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan yang berdampak pada pembentukan watak serta kepribadian anak tidak kuat, nantinya anak akan mudah terpengaruh dengan hal-hal negatife. 

Pada saat ini beberapa orang tua menyerahkan sepenuhnya dalam hal mendidik anaknya kepada pihak sekolah karena adanya tuntutan dunia kerja yang tidak dipungkuri telah menyita banyak waktu orang tua tersebut. 

Pendidikan yang pertama didapatkan dari lingkungan keluarga. Pembentukan perilaku, watak serta kepribadian anak berawal dari lingkungan keluarga. 

Masing-masing keluarga menerapkan pola asuh yang berbeda-beda di dalam mendidik anaknya.

Perbedaan pola asuh yang diterapkan pada setiap keluarga tentu membentuk perilaku anak yang berbeda-beda pula. 

Peran sekolah menjadi jauh lebih berat apabila tugas pendidikan sepenuhnya diserahkan kepada sekolah.

Bentuk penyimpangan perilaku yang terjadi pada siswa Sekolah Dasar tidak hanya berupa kekerasan yang merupakan salah satu bentuk dari perilaku agresif. 

Pada kenyataannya, hal-hal yang kita pandang sebagai perilaku yang wajar dilakukan anak usia Sekolah Dasar terkadang tergolong dalam penyimpangan perilaku. 

Mulai dari sekedar mengejek temannya, memukul, mencubit, menjambak dan menjegal temannya saat sedang berjalan.

Perilaku Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar tidak ditanggapi serius oleh guru, guru beranggapan bahwa perilaku Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar yang terjadi adalah sebuah proses dari perkembangan siswa dan belum adanya tindak lanjut dari guru untuk mengatasi permasalahan perilaku Bullying/ Perundungan pada Anak yang terjadi di sekolah akan mengakibatkan perilaku Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar lebih sering terjadi berulang-ulang karena minimnya respon dari guru terhadap perilaku Bullying/ Perundungan pada Anak yang terjadi di kelas maupun lingkungan sekolah. 

Pada dasarnya guru sebagai pendidik harus mengembangkan potensi dasar peserta didik secara optimal sehingga menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk proses belajar mengajar yang aman dan nyaman, membimbing peserta didik agar dapat menciptakan hubungan yang baik, menghindari perselisihan serta konflik di dunia pendidikan.

Tindak bullying/ perundungan dapat memberikan dampak yang negatif untuk jangka waktu yang pendek dan panjang. 

Adapun pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan akibat perilaku bullying adalah korban menjadi depresi karena mengalami penindasan, menurunnya minat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru dan menurunnya minat untuk mengikuti kegiatan sekolah. 

Sedangkan akibat yang ditimbulkan bagi korban dalam jangka panjang dari bullying/ perundungan ini seperti mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik dengan teman sebaya dan selalu memiliki kecemasan terhadap perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-temannya. 

Definisi Perilaku Bullying/ Perundungan

Perilaku adalah aktifitas seorang individu bermula dari sebuah stimulus atau rangsangan yang bersentuhan dengan diri individu tersebut dan bukannya timbul tanpa sebab. 

Perilaku manusia adalah refleksi seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan, dan sikap. 

Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang terletak dalam dari individu/ faktor internal, dari luar dirinya/ faktor eksternal, didorong oleh aktifitas dari sistem organisme dan respon terhadap stimulus. 

Notoatmodjo (2014: 20) berpendapat bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. 

Wawan & Dewi (2010: 48) berpendapat bahwa perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau sesuatu tindakan yang dapat diamati serta mempunyai frekuensi spesifik, durasi, dan tujuan baik disadari maupun tidak.

Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. 

Skiner (Notoatmodjo, 2014: 20) berpendapat bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). 

Teori ini disebut dengan teori: “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon. 

Ensiklopedia Amerika (Wawan & Dewi, 2010: 59) berpendapat bahwa perilaku yaitu sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada reaksi yang disebut rangsangan.

Istilah bullying berasal dari kata bull (bahasa Inggris) yang berarti banteng.

Banteng merupakan hewan yang suka menyerang secara agresif terhadap siapapun yang berada di dekatnya. 

Sama halnya dengan bullying, suatu tindakan yang digambarkan seperti banteng yang cenderung bersifat destruktif. 

Bullying merupakan sebuah kondisi dimana telah terjadi penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh perseorangan ataupun kelompok dan bertujuan untuk menyakiti orang lain.

Penyalahgunaan kekuatan/ kekuasaan dilakukan pihak yang kuat tidak hanya secara fisik saja tetapi juga secara mental.

Istilah bullying dalam bahasa Indonesia bisa menggunakan menyakat (berasal dari kata sakat) dan pelakunya (bully) disebut penyakat. 

Menyakat berarti mengganggu, mengusik, dan merintangi orang lain (Wiyani, 2012: 11-12).

Bullying/ perundungan merupakan suatu pola perilaku yang bersifat negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dan bertujuan negatif. 

Perilaku tersebut mengarah langsung dari anak yang satu ke anak yang lain karena adanya ketidakseimbangan kekuatan. 

Tattum (Wiyani, 2012: 12) berpendapat bahwa bullying adalah the willful, conscious desire to hurt anither and put him/ her under stress

Sementara itu Ronald memberikan definisi bullying sebagai berikut long standing violence, physical or psychological, perpeted by an individual or grup directed against an individual who can not defend himself or herself.

Mendefinisikan perilaku bullying sebagai intimidasi yang dilakukan oleh individu atau kelompok baik secara fisik, psikologis, sosial, verbal atau emosional, yang dilakukan secara terus menerus.

Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying/ Perundungan

Bentuk-bentuk perilaku bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar yang terjadi mulai dari lingkungan pergaulan hingga di lingkungan sekolah sangat beragam.

Bentuk-bentuk perilaku bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara langsung yang berupa: 

  • Verbal bullying (mengejek, mencela, menyindir, dan menyebarkan gosip). 
  • Physical bullying (memukul, menendang, mencubit, dan menjegal).
  • Nonverbal/ nonphysical bullying (mengancam, dan menunjukkan sikap yang janggal atau tidak seperti biasanya, melarang orang lain masuk dalam kelompok, memanipulasi hubungan persahabatan).

Margareta, dkk, (2009: 17) berpendapat bahwa perilaku  bullying/ perundungan yaitu perilaku yang dilakukan oleh orang kuat yang bertujuan untuk menyalahgunakan kekuatannya kepada orang yang lebih lemah. 

Bentuk perilaku bullying antara lain sebagai berikut, 

  • Bullying secara fisik, perilaku yang ditunjukkan dapat berupa memukul, menandang, dan mendorong.
  • Bullying secara verbal, perilaku yang ditunjukkan dapat berupa mengejek, menghina, dan ucapan yang menyinggung. 
  • Bullying tidak langsung, perilaku yang ditunjukkan dapat berupa menyebarkan cerita bohong, mengucilkan, dan menghasut orang lain.

Selanjutnya, Sejiwa, 2008 (Putri, 2015: 5) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) kategori perilaku bullying, yaitu sebagai berikut:

1. Bullying Fisik 

Merupakan bentuk perilaku bullying yang dapat dilihat secara kasat mata karena terjadi kontak langsung antara pelaku bullying dengan korbannya. 

Bentuk bullying fisik antara lain: menampar, menginjak kaki, menjambak, menjegal, memukul dan menendang.

2. Bullying Verbal 

Merupakan bentuk perilaku bullying yang dapat ditangkap melalui pendengaran. 

Bentuk bullying verbal antara lain: menjuluki, meneriaki, memaki, menghina, mempermalukan di depan umum, menuduh, menyoraki, menebar gosip, dan memfitnah.

3. Bullying Mental/ Psikologis

Merupakan bentuk perilaku bullying yang paling berbahaya dibanding dengan bentuk bullying lainnya karena kadang diabaikan oleh beberapa orang. 

Bentuk bullying mental/ psikologis yaitu dengan memandang sinis, memandang penuh ancaman, mendiamkan, mengucilkan, memelototi, dan mencibir.

Sedangkan Suharto, 1997 (Hurraerah, 2012: 47-48) mengelompokkan bentuk perilaku bullying/ perundungan pada Anak di Sekolah Dasar sebagai berikut:

  • Kekerasan secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap orang lain, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka fisik serta kematian orang lain. Bentuk luka dapat berupa lecet, memar akibat bersentuhan langsung dengan perilaku yang dilakukan oleh pelaku.
  • Kekerasan secara psikis meliputi penghardikan, penyampaian kata-kata kasar dan kotor kepada orang lain.
  • Kekerasan secara seksual, dapat berupa perlakuan dengan adanya kontak seksual kepada orang lain misalnya memegang alat vital.

Faktor-Faktor Penyebab Bullying/ Perundungan

Perilaku Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar terjadi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi setiap bagian yang ada di sekitar anak juga turut memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam munculnya perilaku tersebut. 

Trevi, 2010 (Levianti, 2008: 6) berpendapat bahwa bullying dapat terjadi akibat faktor dari anak yang sering berperilaku menyimpang, agresif, dan senang melakukan kekerasan. 

Selanjutnya faktor dari lingkungan pergaulan anak, pola asuh keluarga, iklim sekolah sekolah, dan media berupa internet, televisi, serta media elektronik lainnya yang memberi pengaruh buruk terhadap perkembangan anak. 

Assegaf dalam penelitiannya mengungkapkan beberapa analisis penyebab terjadinya bullying dalam dunia pendidikan (Wiyani, 2002: 21-22).

  • Pertama, Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar terjadi akibat pelanggaran dan disertai hukuman secara fisik. 
  • Kedua, Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar bisa terjadi akibat buruknya sistem dan kebijakan pendidikan yang diberlakukan.
  • Selanjutnya, Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar dapat pula diakibatkan oleh pengaruh lingkungan maupun masyarakat, khususnya media elektronik, seperti televisi yang memberi pengaruh kuat bagi pemirsanya. 

Selain ketiga faktor tersebut, Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar merupakan refleksi perkembangan kehidupan masyarakat dengan pergeseran yang sangat cepat (moving fastersehingga menimbulkan adanya instan solution. 

Faktor terakhir adalah, pengaruh faktor sosial dan ekonomi dari pelaku Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar.

Sedangkan Lantip (2013: 9-12) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying/ perundungan yaitu sebagai berikut:

1. Kontribusi Anak

Kontribusi anak adalah hal hal yang terdapat di dalam diri anak yang dapat mempengaruhi tingkah laku. 

Temperamen merupakan karakteristik individu yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir, oleh karena itu faktor temperamen ini tidak dapat dipungkiri diasumsikan sebagai salah satu penyebab terjadinya bullying/ perundungan pada semua tingkatan anak karena yang dimaksud dengan anak yang temperamen adalah anak yang emosional, pemarah, sensitif, agresif, sering berperilaku menyimpang, mendominasi, dan lepas kendali.

2. Pola Asuh dalam Keluarga

Pola asuh dalam suatu keluarga mempunyai peran dalam pembentukan perilaku anak terutama pada munculnya perilaku bullying/ perundungan. 

Keluarga yang menerapkan pola asuh permisif membuat anak terbiasa untuk bebas melakukan segala sesuatu yang diinginkannya. 

Anak pun juga menjadi manja, akan memaksakan keinginannya. 

Anak juga tidak tahu letak kesalahannya ketika melakukan kesalahan sehingga segala sesuatu yang dilakukannya dianggapnya sebagai suatu hal yang benar.

Begitu pula dengan pola asuh yang keras, yang cenderung mengekang kebebasan anak sehingga terbiasa mendapatkan perlakuan kasar yang nantinya akan dipraktikkan dalam pertemanannya bahkan anak akan menganggap hal tersebut sebagai hal yang wajar.

Pola asuh otoriter yang sangat mementingkan kepatuhan anak terhadap orang tua, pola asuh seperti ini akan terjadi pemaksaan kehendak dari orang tua yang tidak menutup kemungkinan berbenturan dengan kesiapan anak sehingga anak mengalami trauma atau melakukan perlawanan dalam bentuk substitusi atau pengalihan perlawanan dengan melakukan bullying pada anak lain yang imbalance a power

Pola asuh yang mengabaikan (uninvoloved parenting) juga dapat menjadi faktor yang mendorong terjadinya bullying/ perundungan pada anak. 

Pola asuh mengabaikan tindak berpusat pada apa yang baik untuk anak, melainkan hanya berpusat pada keinginan dan kepentingan orang tua. 

Pola asuh seperti ini mengakibatkan anak bertindak tanpa kendali dan jika dibiarkan dapat menyebabkan terjadinya tindakan bullying/ perundungan dan memiliki kecendurungan terlibat dalam kenakalan remaja dan bertingkah antisosial.

3. Teman Sebaya

Teman sebaya yang sering melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain akan berimbas kepada perkembangan anak. 

Anak juga akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh teman-temannya. 

Selain itu anak baik dari kalangan sosial rendah hingga atas juga melakukan bullying/ perundungan dengan maksud untuk mendapatkan pengakuan serta penghargaan dari teman-temannya. 

Anak usia Sekolah Dasar secara sosial dikenal sebagai fase awal untuk berkelompok dan memiliki banyak teman sehingga dikenal sebagai gang age, oleh karena itu konformitas teman sebaya atau peer lebih memiliki pengaruh terhadap perilaku anak, memiliki teman dan kelompok yang baik bisa menjadi keniscayaan yang tidak bisa ditawarkan untuk menghindari perilaku anak dari tindakan yang negatif/ bullying.

4. Media

Media saat ini menjadi komponen kehidupan yang dapat mempengaruhi pola kehidupan seseorang baik itu media cetak maupun elektronik, pengaruh yang ditimbulkan dapat saja berdampak positif maupun negatif tergantung pada pengguna dari media tersebut. 

Oleh karena itu menggunakan media sesuai fungsi utamanya yaitu menjadi sumber belajar harus menjadi pilihan utama dalam membimbing anak, sebab jika lepas kendali akan dapat dipastikan anak memilih informasi dan tontonan yang merusak moral dan perilakunya. 

Media dapat menimbulkan tindakan bullying/ perundungan yang meningkat pada anak. 

Oleh karena itu sejatinya para pengelola media dan orang tua dapat memberikan dan mengontrol tontonan dan bacaan peserta didik anak usia Sekolah Dasar untuk kebaikan yang lebih utama dimasa yang akan datang.

5. Iklim Sekolah

Iklim sekolah atau school climate adalah kondisi dan suasana sekolah sebagai tempat belajar bagi peserta didik anak usia Sekolah Dasar. 

Sekolah bagi anak usia Sekolah dasar adalah rumah kedua yang kondisinya harus diciptakan senyaman mungkin like at home.

Jika kondisi terjadi sebaliknya sekolah justru menjadi tempat berlatih untuk bertindak negatif maka iklim sekolah seperti ini akan merusak bahkan menghancurkan masa depan anak.

Dengan demikian iklim sekolah yang didesain dengan baik aman dan nyaman akan menciptakan output bahkan outcome yang baik pula dan tentu saja semua komponen pendidikan berharap generasi emas kita menjadi pendulang emas bagi kesejahteraan mereka dimasa yang akan datang dan terutama bagi kemajuaan bangsa ini.

6. Karakteristik Pelaku Bullying/ Perundungan

Karakteristik Pelaku Bullying/ Perundungan dalam setiap aksi kekerasan tentu saja terdapat pelaku aksi kekerasan serta korban aksi kekerasan. 

Dimana keduanya memiliki karakteristik tersendiri yang dapat diamati. 

Pelaku Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar biasanya anak-anak yang secara fisiknya berukuran besar dan kuat. 

Tidak menutup kemungkinan apabila pelaku bullying/ perundungan memiliki ukuran tubuh yang kecil atau sedang dengan dominasi kekuatan serta kekuasaan yang besar di kalangan teman-temannya. 

Hidayati (2012: 44) mengatakan pelaku bullying/ perundungan memiliki sikap yang mendukung kekerasan sebagai sarana untuk menyelesaikan permasalahan mereka atau sebagai sarana untuk memperolah apa yang mereka inginkan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pelaku Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut: 

  • suka memanfaatkan orang lain, 
  • sulit melihat situasi dari sudut pandang orang lain, hanya peduli pada kebutuhan kesenangan mereka sendiri, 
  • cenderung melukai anak-anak lain ketika ada orang dewasa di sekitar mereka, 
  • memandang rekan lebih lemah sebagai mangsa/ korban, 
  • tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya, 
  • tidak memiliki pandangan terhadap masa depan, 
  • haus perhatian, dan 
  • memiliki dominasi psikologis yang kuat di kalangan teman-temannya dikarenakan faktor status sosial atau kedudukan sehingga seolah-olah dia yang berkuasa untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.

Kesimpulan

Perilaku Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar tidak mungkin terjadi hanya dengan pelaku, tetapi terdapat anak yang menjadi sasaran penganiayaan dan penindasan oleh pelaku bullying/ perundungan. 

Anak-anak yang menjadi korban bullying/ perundungan memiliki postur tubuh yang lebih kecil dibanding temannya yang lain, lemah secara fisik ataupun psikis. 

Anak yang memiliki penampilan yang berbeda dari segi berpakaian dan berperilaku misalnya saja anak yang mengucilkan diri dari pergaulan, susah beradaptasi dengan lingkungannya, memiliki kepercayaan diri yang rendah, dan anak yang memiliki aksen yang berbeda. 

Anak dari keluarga tidak mampu juga sering menjadi korban bullying/ perundungan bahkan anak orang kaya pun tidak luput dari perlakuan bullying/ perundungan. 

Selain itu, anak-anak yang kurang pandai dan memiliki keterbatasan fisik seperti gagap juga sering menjadi korban bullying/ perundungan.

Karakteristik korban bullying/ perundungan adalah mereka yang tidak mampu melawan atau mempertahankan dirinya dari tindakan bullying/ perundungan.

Demikianlah uraian mengenai Perilaku Bullying/ Perundungan pada Anak di Sekolah Dasar, semoga dapat bermanfaat.

Terima Kasih.

Salam Satu Data Pendidikan Indonesia.

Post a Comment