Widget HTML #1

Komunikasi Non Verbal, Sebuah Studi Kepustakaan

Komunikasi Non Verbal


INFO DAPODIK & PENDIDIKAN - Pada artikel kali ini, Admin akan membahas mengenai Komunikasi Non Verbal, Sebuah Studi Kepustakaan, mulai dari pengertian, fungsi, dan klasifikasi komunikasi non verbal, silahkan disimak ya.

Pengertian Komunikasi Non Verbal

Komunikasi nonverbal adalah proses yang dijalani oleh seseorang individu atau lebih pada saat menyampaikan isyarat-isyarat nonverbal yang memiliki potensi untuk merangsang makna dalam pikiran individu atau individu-individu lain.

Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis walau tidak terdapat kesepakatan tentang proses non verbal ini, kebanyakan ahli setuju bahwa hal-hal berikut mesti dimasukkan seperti isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, postur, gerakan tubuh, sentuhan, pakaian, artefak, diam, ruang, waktu dan suara.

Komunikasi non verbal juga dapat diartikan sebagai penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, komunikasi ini menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, intonasi nada (tinggi-rendahnya nada), kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak, dan sentuhan-sentuhan. 

Dapat juga dikatakan bahwa komunikasi non verbal adalah semua kejadian di sekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan dan meliputi semua stimulus non verbal yang dalam setting komunikatif digeneralisasikan oleh individu dan lingkungan individu yang memakainya.

Tanda-tanda komunikasi nonverbal belum dapat diidentifikasi seluruhnya, tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa cara duduk, berjalan, berpakaian, semuanya itu menyampaikan informasi pada orang lain. 

Tiap-tiap gerakan yang dibuat dapat menyatakan asal seseorang, sikap, kesehatan, bahkan keadaan psikologis. 

Misalnya, gerakan-gerakan seperti mengerutkan alis, menggigit bibir, menunjuk dengan jari, tangan di pinggang, dan melipat tangan bersilang di dada.

Fungsi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal dapat menjalankan sejumlah komunikasi penting. 

Hasil riset para peneliti non verbal mengidentifikasi beberapa fungsi utama komunikasi non verbal, yaitu sebagai berikut:

  • Untuk mengulangi perilaku verbal, misalnya menganggukkan kepala ketika mengatakan “ya”.
  • Untuk menekankan atau melengkapi, komunikasi non verbal digunakan untuk menonjolkan atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal. Misalnya saja tersenyum untuk menekankan suatu hal tertentu.
  • Untuk menggantikan, misalnya mengatakan “oke” dengan tangan tanpa berkata apa-apa yang dapat digantikan dengan menganggukkan kepala untuk mengatakan “ya” atau menggelengkan kepala untuk mengatakan “tidak.”
  • Untuk meregulasi perilaku verbal, contohnya mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu.
  • Untuk menunjukkan kontradiksi, pesan verbal dapat bertentangan dengan gerakan non verbal. Sebagai contoh, anda dapat menyilangkan jari anda atau mengedipkan mata untuk menunjukkan bahwa yang anda katakan adalah tidak benar.

Klasifikasi Pesan Non Verbal

Kinesik atau Gerak Tubuh

Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics), suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa non verbal, Ray L. Birdwhistell. 

Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. 

Karena dalam hidup, semua anggota badan senantiasa bergerak.

Isyarat Tangan

Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya ke budaya.

Meskipun di beberapa Negara, telunjuk digunakan untuk menunjukkan sesuatu, hal itu tidak sopan di Indonesia. 

Tentu saja ada pengecualian, misalnya orang Batak dan orang Amerika, biasa menunjuk dengan telunjuk tanpa bermaksud kasar pada orang yang dihadapinya.

Begitu juga orang Betawi, yang tidak jarang menunjuk dengan memajukan mulut, sambil berucap “ke sono-no!”, beberapa suku Afrika yang menunjuk dengan mencibirkan bibir bawah menganggap cara menunjuk Amerika sebagai kasar.

Gerakan Kepala

Di beberapa Negara, anggukan kepala malah berarti “tidak” seperti di Bulgaria, sementara isyarat “ya” di negara itu adalah menggelengkan kepala. 

Orang inggris, seperti orang Indonesia, menganggukkan kepala bahwa mereka mendengar dan menyetujui.

Postur Tubuh dan Posisi Kaki

Postur tubuh sering bersifat simbolik, seseorang cenderung mengapresiasi berlebihan orang bertubuh tinggi dan seimbang. 

Banyak orang berusaha mati-matian untuk mencapai postur tubuh yang ideal dengan mengontrol makanan, ber-olah raga, mengkonsumsi jamu atau obat, dan bahkan bedah plastik. 

Bahkan cara duduk, berdiri dan berbaring dapat mengkomunikasikan serangkaian makna yang terbatas namun menarik.

Menjamurnya pusat pusat kebugaran di berbagai kota di Negara menunjukan kecenderungan tersebut. 

Status seseorang juga dapat terlihat lewat cara ia meletakkan tangannya ketika berdiri dan berbicara dengan orang lain.

Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

Kontak mata punya 2 (dua) fungsi dalam komunikasi antar pribadi, yaitu: 

Pertama, fungsi pengatur untuk memberi tahu orang lain apakah anda akan melakukan hubungan dengan orang tersebut atau menghindarinya. 

Kedua fungsi ekpresif, yaitu memberi tahu orang lain bagaimana perasaan anda terhadapnya. 

Tangan dan lengan adalah transmisi utama dari bahasa tubuh, namun gerakan dari kaki dan kepala juga penting. 

Mereka terkoordinasi secara dekat dengan cara berbicara dengan komunikasi verbal. 

Kode-kode bahasa tubuh bisa mengindikasikan bangkitnya emosi secara umum atau kondisi emosional yang spesifik.

Sentuhan (Haptiks)

Studi tentang sentuh – menyentuh di sebut haptika (haptics), seperti foto, adalah suatu perilaku non verbal yang multi makna, dapat menggantikan seribu kata.

Menurut Heslin terdapat beberapa kategori sentuhan yang merupakan sesuatu rentang dari yang sangat impresional hingga yang sangat personal. 

Adapun kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut:

  • Fungsional-professional. Disini sentuhan bersifat “dingin” dan berorentasi bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.
  • Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan.
  • Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalkan dua orang yang saling merangkul setelah mereka lama berpisah.
  • Cinta. Kategori ini merujuk kepada sentuhan yang menyatakan ketertarikan emosional.

Paralinguistik atau Suara

Parabahasa atau vokalia (vokalis), merujuk aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami misalnya kecepatan berbicara berupa tinggi atau rendah, intensitas (volume), suara, intonasi, dialek, suara terputus putus, suara yang getar, suitan, siulan, tawa, tangisan, gerutuan, gumaman, desahan, dan sebagainya. 

Setiap karakteristik suara ini mengkomunitaskan emosi dan pikiran seseorang. 

Pesan paralinguistik adalah pesan non verbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal, satu pesan yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda.

Mehrabian dan Ferris menyebutkan bahwa parabahasa adalah hal terpenting kedua setelah ekspresi wajah dalam menyampaikan perasaan atau emosi. 

Menurut formula mereka, parabahasa punya andil 38% dari keseluruhan impak pesan. 

Oleh karena ekspresi wajah punya andil 55% dari keseluruhan impak pesan, dan lebih dari 90% isi emosionalnya ditentukan secara non verbal. 

Penampilan Fisik

Bagaimana cara seseorang berpakaian, warna, model pakaian, menyisir rambut, merupakan unsur-unsur tampilan yang menunjukkan sebuah pesan. 

Simbol non verbal seperti ini erat kaitannya dengan penilaian budaya.

Setiap orang punya persepsi mengenai penampakan fisik seseorang, baik itu busananya (model, kualitas bahan, warna) dan juga ornament lain yang dipakai seperti kacamata, sepatu, tas, jam tangan, kalung, gelang, cicin, anting-anting, dan sebagainya. 

Seringkali orang juga memberi makna tertentu pada karakteristik fisik orang yang bersangkutan, seperti bentuk wajah, warna kulit, model rambut, dan sebagainya.

Busana

Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan yang tertulis atau tidak tertulis nilai kenyamanan dan tujuan pencitraan semua itu mempengaruhi dari cara kita berdandan.

Banyak subkultural atau komunitas mengenakan busana yang khas sebagai simbol keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut, sebagian orang berpandangan bahwa pilihan atas pakaian mencerminkan kepribadiannya.

Bau-bauan

Bau-bauan terutama yang menyenangkan (wewangian, seperti parfum) telah berabad-abad digunakan orang untuk menyampaikan pesan mirip cara yang dilakukan hewan. 

Perbedaan persepsi atas bau-bauan dapat menimbulkan kesalah pahaman ketika orang berbeda budaya berkomunikasi.

Karakteristik Fisik

Suatu studi menunjukan bahwa daya tarik fisik merupakan salah satu ciri penting dalam teori pribadi, meskipun bersikap implicit

Orang yang menarik fisik secara ajen dinilai lebih pandai bergaul, luwes, tenang, hangat secara seksual, menarik, responsive, persuasi dan berhasil dalam karir dari pada orang yang tidak menarik. 

Ciri-ciri fisik seperti tinggi badan, warna kulit, warna rambut dan gaya sisiran serta bentuk wajah juga mengandung pesan nonverbal. 

Orang memberikan kesan mengenai orang lain berdasarkan ciri-ciri semuanya ini dan bergantung pada aspek non verbal.

Progsemik atau Penggunaan Ruangan Personal dan Sosial

Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasi ruang, baik dalam rumah, di luar rumah maupun dalam hubungan dengan orang lain. 

Edward T. Hall adalah antropolog yang menciptakan istilah progsemics (proksemika) sebagai bidang studi yang menelaah persepsi manusia atas ruang (pribadi dan sosial), cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap komunikasi. 

Ada 4 (empat) jarak yang biasanya digunakan yaitu sebagai berikut:

  • Jarak akrab (50 cm) pembicaraan untuk dua sahabat dekat, 
  • Jarak pribadi (50-125 cm) yang terjadi secara sepintas atau kebetulan, 
  • Jarak sosial (125 cm- 4 m) untuk urusan bisnis dan 
  • Jarak umum (lebih dari 4 m) mengenai apa saja.

Konsep Waktu

Waktu menentukan hubungan antara manusia, pola hidup manusia pada waktu dipengaruhi oleh budaya. 

Waktu berhubungan erat dengan perasaan manusia. 

Kronemika (cronemics) adalah studi dan interpretansi atas waktu sebagai pesan bagaimana kita mempersiapkan dan memperlakukan. 

Waktu sebagai simbolik menunjukan sebagai jati diri, siapa diri kita dan kesadaran akan lingkungan.

Warna

Sering seseorang mengunakan warna untuk menunjukan suasana emosional, cita, rasa, afiliasi politik dan bahkan mungkin meyakinkan agama. 

Dalam setiap budaya terdapat konvensi tidak tertulis mengenai warna pakaian yang layak dipakai atau pun tidak. 

Seperti halnya kaum wanita umumnya lebih bebas memilih warna pakaian dari pada pria. 

Hingga derajat tertentu antara warna tampaknya ada hubungan antara warna yang digunakan dengan kondisi fisiologi dan psikologis manusia.


Selanjutnya, Menurut Johson, perilaku non verbal memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

  • Merupakan kebiasaan yang bersifat otomatis dan jarang disadari.
  • Berfungsi mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, kendati pun dengan kata-kata seseorang berusaha menyembunyikannya.
  • Sarana utama untuk mengungkapkan emosi
  • Memiliki makna yang berlainan pada berbagai lingkungan budaya yang berbeda.
  • Memiliki makna yang berbeda dari satu orang kepada orang lain, atau pada orang yang sama namun berlainan waktu.


Demikianlah artikel mengenai Komunikasi Non Verbal, Sebuah Studi Kepustakaan, semoga dapat bermanfaat.

Salam Literasi!

Terima Kasih.

Salam Satu Data Pendidikan Indonesia.


Referensi:

  • Alo liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana, 2011).

  • Alo Lili Weri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: Lkis, 2007).
  • Deddy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003).

  • Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi: Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005).

  • Johs Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012).

  • Jhon R.Wenburg dan William, The Personal Communication Process (New York: Jhon Willey & Sons, 1973).

  • Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi (Jakarta: Kencana, 2011).

  • Rochajat Harun, Komunikasi Pembangunan & Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2012).

  • Supratiknya, Komunikasi Antarpribadi: Tinjauan Psikologis (Yogyakarta: KANSISUS, 1995).

Post a Comment for "Komunikasi Non Verbal, Sebuah Studi Kepustakaan"