Widget HTML #1

3 Komponen dalam Program Sanitasi Sekolah

INFO DAPODIK & PENDIDIKAN - Menurut pengertian, sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan melalui pembangunan sanitasi dan tujuan utama dari sanitasi adalah untuk mengurangi risiko kesehatan masyarakat dengan menghambat media jalur penularan penyakit. 

Sehingga sanitasi sekolah didefinisikan sebagai segala upaya yang dilakukan di lingkup sekolah untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan melalui pembangunan sanitasi sekolah. 

Mewujudkan sanitasi sekolah tidak hanya dilakukan melalui pembangunan sarana juga, karena ada 3 komponen besar dalam sanitasi sekolah yang terkait erat satu dengan lainnya seperti digambarkan dalam gambar di bawah ini:


Program Sanitasi Sekolah
3 Komponen Program Sanitasi Sekolah


Adapun penjabaran dari ketiga komponen sanitasi sekolah pada gambar di atas adalah sebagai berikut:

Ketersediaan Sarana Sanitasi

Sarana sanitasi sekolah meliputi:

  • Sumber air di sekitar lingkungan sekolah;
  • Toilet sesuai dengan standar dan terpisah antara laki-laki dan perempuan;
  • Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS); dan
  • Tempat pembuangan sampah.

Penyediaan sarana sanitasi hendaknya selalu dilakukan sejalan dengan kegiatan-kegiatan promosi hidup bersih dan sehat sehingga sarana yang ada dapat digunakan dengan baik dan benar serta didukung oleh pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat. 

Perlu juga dipertimbangkan dalam perencanaan dan desain untuk ketahanan sarana dalam perubahan iklim termasuk upaya dalam penghematan air. 

Pengadaan toilet leher angsa dan tanki septik yang disedot minimal sekali dalam 3-5 tahun terakhir juga harus dipenuhi agar sejalan dengan fokus pembangunan untuk sanitasi aman. 

Aksesibilitas fasilitas terhadap anak berkebutuhan khusus dan peserta didik perempuan, bisa merujuk kepada Peraturan Menteri PUPR No. 14/PRT/M/2017. 

Partisipasi anak berkebutuhan khusus dan peserta didik perempuan perlu ada dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sanitasi sekolah.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Beberapa kegiatan PHBS yang dapat dilakukan dengan berbagai cakupan tema seperti berikut:

  • Alur penularan penyakit diare dan diagram COVID-19: Infeksi dan Pencegahan;
  • Praktek cuci tangan pakai sabun secara rutin dan waktu-waktu tertentu (sebelum makan, setelah buang air besar/ setelah menggunakan toilet, setelah bermain);
  • Manajemen Kebersihan Menstruasi; Peserta didik bisa diperkenalkan pada aplikasi pendidikan kebersihan dan kesehatan menstruasi berbasis teknologi bernama OKY. 

OKY merupakan aplikasi edukasi menstruasi bagi remaja yang dilengkapi dengan berbagai fitur menarik dengan penuh manfaat. 

Sebagai aplikasi menstruasi, OKY tidak hanya berguna untuk memantau siklus menstruasi saja, namun juga sebagai pusat informasi edukasi mengenai Manajemen Kebersihan dan Kesehatan Menstruasi (MKM).

  • Minum air yang telah diolah (dimasak);
  • Menggunakan jamban untuk buang air besar dan kecil;
  • Membuang sampah pada tempatnya.

Kedua komponen baik sarana sanitasi dan juga promosi hidup bersih dan sehat hendaknya dilakukan dalam suatu manajemen yang merupakan bentuk tata kelola terhadap program sanitasi sekolah. 

Dalam kondisi pandemi seperti COVID-19, pembiasaan PHBS perlu mendapatkan penekanan terutama kegiatan mencuci tangan pakai sabun, memakai masker, menjaga jarak, membatasi mobilisasi, dan membersihkan permukaan yang paling sering disentuh dengan desinfektan.

Manajemen Sanitasi Sekolah

Manajemen sanitasi sekolah diperlukan agar program memiliki dampak secara langsung untuk semua peserta didik dan juga berkesinambungan. 

Secara umum pastikan ada komponen: pemantuan, kegiatan rutin, perencanaan, dan pembiayaan serta keterlibatan dari para pemangku kepentingan di dalam manajemen sanitasi sekolah. 

Sinergikan kegiatan sanitasi sekolah (cuci tangan pakai sabun, kebersihan dan kesehatan menstruasi, pembersihan dan perawatan, dan lain-lain) dengan ketersediaan sarana dan prasarana (fasilitas cuci tangan, toilet, persediaan alat dan bahan) serta keterlibatan dari kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua, anggota masyarakat, dan Dinas Pendidikan.

Manajemen ini bertujuan untuk memastikan peningkatan akses sanitasi dengan memasukan komponen sanitasi sekolah ke dalam Rencana Anggaran dan Belanja Sekolah (RABS) sehingga dapat membangun sarana sanitasi yang kurang serta mengalokasikan biaya operasional dan pemeliharaan untuk fasilitas yang telah dibangun minimal 5% dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Aspek pemeliharaan sarana sanitasi yang telah ada dapat dilakukan dengan melibatkan petugas kebersihan khusus serta partisipasi murid dan guru melalui sistem piket dan berbagai kegiatan kampanye kebersihan sesuai dengan tema-tema di atas.


3 Komponen dalam Program Sanitasi Sekolah ini perlu diselaraskan dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan dijadikan landasan agar bisa memperkuat kapasitas sektor pendidikan untuk mengelola sanitasi sekolah dan membuka pintu kerja sama yang erat dan lebih luas dengan warga sekolah. 

Setiap warga sekolah dan anggota masyarakat dapat berkontribusi dengan berbagai cara penting untuk men-sukses-kan penerapan kegiatan sanitasi sekolah, termasuk pembangunan sarana sanitasi sekolah, partisipasi dalam pemantauan atau kegiatan pembersihan, perbaikan dan pemeliharaan. 

Dengan cara ini, bahkan sekolah dengan sumber daya yang sangat terbatas bisa meningkatkan kondisi lingkungan dan sanitasi sekolah secara bertahap.

Demikianlah penjelasan mengenai 3 Komponen dalam Program Sanitasi Sekolah, semoga dapat bermanfaat.

Terima Kasih.

Salam Satu Data Pendidikan Indonesia.


Referensi:

Permen Diknas No. 24 Tahun 2007 Tentang Sarpras Sekolah/ Sekolah dan Kepmenkes 1429 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.

Post a Comment for "3 Komponen dalam Program Sanitasi Sekolah"