Transformasi Pendidikan Pada Era Digital

Table of Contents

Transformasi-Pendidikan-Pada-Era-Digital

Saat sekarang ini, suka atau tidak suka, kita sadari atau tidak kita sadari, zaman telah berubah. Perlahan tapi pasti semua aktivitas pindah ke platform digital. Kondisi Pandemi Corona-19 mempercepat proses perpindahan masif tersebut. 

Siap atau tidak siap, semua kegiatan kita diharuskan bahkan dipaksa menggunakan teknologi untuk mengurangi pertemuan manusia secara fisik atau tatap muka. Dari mulai urusan belanja rumah tangga, hiburan hingga pekerjaan. Tak terkecuali dalam urusan pendidikan di semua tingkat atau jenjang, mulai dari jenjang PAUD hingga jenjang perguruan tinggi. 

Para tenaga pendidik, dalam hal ini sekolah atau lembaga pendidikan dan guru harus secepatnya membuat sistem pembelajaran yang efektif dengan menggunakan teknologi atau disebut Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Siswa adalah anak-anak yang lahir di zaman internet yang serba sudah tersedia. Mereka terbiasa menggunakan teknologi dalam aktivitas sehari-hari seperti menonton film, bermain games, belajar dan mencari informasi.

Mau tidak mau, seorang guru harus juga menyesuaikan peran dengan perubahan zaman pada saat ini. Bukan berarti dengan kemajuan teknologi, peran guru menjadi berkurang atau tidak ada, tetapi mengalami pergeseran dengan tanggung jawab yang sama besarnya.

Gaya Belajar Siswa di Era Digital

Peserta didik atau siswa atau anak adalah digital native, atau penduduk asli digital dimana mereka sangat akrab dengan teknologi sehingga sangat paham bagaimana dunia digital bekerja. Tanpa harus banyak diajari, bahkan balita dengan mudah bisa mencari tontonan di Youtube. 

Seringkali orangtua merasa kagum ketika melihat anaknya cepat sekali menguasai gadget. Jangan heran, teknologi adalah dunia mereka dan sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Hal ini berpengaruh juga pada gaya anak belajar atau menyerap hal-hal baru. 

Berikut adalah beberapa fakta anak-anak digital native:

  • Mencari bukan menunggu instruksi.
  • Interaktif bukan komunikasi satu arah.
  • Cepat, enggan menunggu.
  • Bermain, bukan hanya belajar.
  • Ekspresif bukan hanya reseptif.
  • Kebebasan, dan menolak terkekang.
  • Unggah bukan hanya unduh.
  • Kolaborasi bukan hanya kompetensi.

Tingkah laku anak-anak sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, di mana perubahan terjadi sangat begitu cepatnya, informasi berlimpah ruah dan ruang untuk berkarya semakin besar sekali. 

Hal-hal semacam ini harus segera dan cepat dipahami oleh para tenaga pendidik sehingga ada titik temu bagaimana proses belajar bisa menjadi lebih efektif. Berikut ini adalah beberapa gaya belajar anak era saat ini:

  • Kritis dan berani dalam mengungkapkan pendapat.
  • Sangat menyukai inovasi.
  • Selalu bergantung kepada teknologi.
  • Begitu mudah memahami contoh konkret.
  • Lebih menyukai format audiovisual.
  • Fleksibel, tidak begitu menyukai aturan yang sangat kaku.
  • Interaktif dan terlibat, bukan pembelajaran satu arah dan pasif.
  • Eksploratif dan suka mencoba hal-hal baru.
  • Kolaborasi bukan instruksi, sehingga menyukai guru atau tenaga pengajar yang memposisikanya sebagai teman atau sahabat.

Akhirnya, dengan memahami gaya belajar anak tersebut, seorang guru dapat menyusun kurikulum dan metode pembelajaran yang tepat, apalagi di saat PJJ seperti sekarang. 

Sehingga anak tidak mudah bosan atau stress. Kuncinya adalah interaktif dan teknologi. Teknologi selalu ada pembaharuan serta perubahan yang sangat cepat. 

Peserta didik dan sekolah harus bisa beradaptasi dengan perubahan tersebut. Teknologi bukan untuk dimusuhi dan bukan barang negatif, tetapi justru bagaimana seorang tenaga pendidik dapat memanfaatkan sebaik-baiknya sehingga membantu dalam kehidupan.

Peran Guru di Era Digital

Bila seorang anak adalah digital native, maka kebanyakan para guru dan orangtua adalah digital imigran, alias bukan penduduk asli. Wajar jika gaptek (gagal teknologi) dalam memahami teknologi dengan segala perubahanya yang sangat cepat. 

Hal yang sangat penting adalah berteman dengan teknologi, mempelajari dan mengikuti perubahanya sesuai kebutuhan. Guru tidak harus tahu semua teknologi digital dan perkembangannya, tetapi pelajari dan manfaatkan sesuai yang seorang guru butuhkan. 

Walau bagaimanapun majunya teknologi, yang namanya manusia masih tetap membutuhkan interaksi sosial, kebijaksanaan, dan kemampuan beradaptasi. Untuk itu peran guru memiliki andil besar dalam membimbing anak-anak menjadi manusia yang berkualitas. Jikalau dulu mungkin didikan berbasis nilai akademik lebih penting, maka di era digital ini pendidikan karakter lebih diutamakan. 

adapun transformasi peran seorang guru menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai berikut:

  • Pengajar. Guru mampu menyampaikan sebuah materi mata pelajaran agar dimengerti dan dipahami oleh anak didik.
  • Katalisator. Guru mampu mengidentifikasi, menggali dan mengoptimalkan potensi anak didik atau peserta didik.
  • Penjaga gawang. Guru mampu membantu anak didik untuk menyaring pengaruh negatif.
  • Fasilitator. Guru mampu membantu anak didik dalam proses pembelajaran, menjadi teman diskusi dan bertukar pikiran.
  • Penghubung. Guru mampu menghubungkan anak didik dengan sumber-sumber belajar yang beragam, baik di dalam maupun di luar sekolah.

Dengan mampu memiliki peran tersebut di atas, maka diharapkan seorang guru atau sekolah/ lembaga pendidikan dapat melahirkan anak didik/ peserta didik dengan kemampuan 4C, yaitu sebagai berikut:

  1. Critical Thinking, atau berpikir kritis dan analitis
  2. Creative dan Innovative
  3. Communicative
  4. Collaborative

Mengoptimalkan Teknologi untuk Membantu Pembelajaran

Posisi teknologi adalah barang netral, bisa memberikan dampak positif bisa juga memberikan banyak dampak negatif, tergantung bagaimana si penggunanya. Untuk itu jangan memusuhi teknologi, tetapi bagaimana caranya agar seorang guru dapat memanfaatkan teknologi secara optimal mungkin dan dapat membantu kehidupan menjadi yang lebih baik. 

Di dalam dunia pendidikan, teknologi mempunyai peran sangat besar, apalagi para peserta didik adalah anak-anak yang tumbuh bersama internet. Teknologi juga bukan sebuah rocket science yang susah dipelajari. Semakin maju sebuah teknologi, maka akan semakin mudah untuk dipelajari dan dimanfaatkan.

Para guru dan orangtua harus lebih rajin mengulik dan mempelajari gadget, yang memiliki manfaat lebih dari sekedar sarana komunikasi dan belajar daring. Banyak perangkat atau aplikasi yang bisa dimanfaatkan. Memang tidak mudah bagi digital imigran untuk beradaptasi dengan teknologi secara cepat, perlu kemauan dan keuletan untuk terus belajar. 

Hal lainnya, penting juga untuk memilih gadget yang tepat dan sesuai kebutuhan agar seorang guru tidak terlalu banyak fasilitas dan berbiaya mahal tetapi justru membingungkan dan akhirnya sia-sia. 

Berikut di bawah ini ada beberapa tips untuk memanfaatkan teknologi secara optimal untuk mensukseskan pembelajaran bagi seorang guru:

  1. Pilihlah perangkat (laptop, handphone) yang tepat dan sesuai kebutuhan.
  2. Install aplikasi pembelajaran yang dibutuhkan, misalnya Microsoft Teams untuk kelas, diskusi per-kelompok atau tatap muka perorangan, OneDrive untuk menyimpan dokumen pembelajaran. Jika perlu gunakan yang berbayar supaya lebih banyak fasilitas dan sesuaikan dengan kemampuan.
  3. Pilih lah aplikasi dan program yang memiliki ranking tinggi, di-review positif oleh banyak pengguna. atau direkomendasikan oleh lembaga pendidikan/ sekolah atau perusahan teknologi yang kredibel.
  4. Pembelajaran yang interaktif. Gunakan aplikasi untuk mengerjakan project bersama, bukan sekedar mengajar virtual satu arah. Microsoft 365 menyediakan program khusus untuk sekolah dan sudah lengkap dengan berbagai aplikasi serta fasilitas PJJ.
  5. Para guru dan orangtua dapat mengikuti pelatihan atau workshop untuk mengasah skill dalam memanfaatkan berbagai aplikasi dan teknologi. 
  6. Selalu libatkan anak atau siswa dalam memilih aplikasi atau teknologi untuk belajar. Dengarkan masukan dari mereka, karena anak-anak biasanya lebih tahu. Sebagai guru atau orangtua tidak perlu malu mendapat masukan dari anak. Anak-anak pun bisa lebih bersemangat karena mereka merasa didengar.
  7. Setiap anak mempunyai gaya penyerapan belajar yang berbeda-beda, ada yang visual, auditori dan kinestetis. Untuk itu, susun materi yang bisa memenuhi semua preferensi belajar anak. Format audio visual atau video bisa mewadahi semua kebutuhan tersebut dan sangat diminati anak.
  8. Mengatur waktu belajar secara efektif dan tidak kaku, sesuaikan dengan kemampuan anak dalam menyerap pembelajaran secara daring sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak (IDAIatau UNICEF.
  9. Manfaatkan secara optimal fasilitas yang ada di gawai (laptop atau handphone) untuk mendukung proses belajar.

Kesimpulan

Akhirnya kesuksesan suatu program belajar atau PJJ sangat tergantung pada peran seorang guru, orangtua dan siswa/ peserta didik itu sendiri. 

Selanjutnya, perlunya dibangun suatu kolaborasi dan memanfaatkan teknologi secara tepat. Pahamilah gaya belajar anak dan jangan kaku dengan aturan. Fleksibel dan mau menerima perubahan. 

Dan terakhir bukalah ruang untuk diskusi dan bangun semangat untuk sukses bersama antara guru, peserta didik dan orangtua. 

Semoga bermanfaat dan terimakasih.

Salam Literasi Digital.

Post a Comment