Memahami Makna Pancasila Melalui Simbol Pohon Karakter Pancasila

Table of Contents

Pohon Karakter Pancasila


INFO DAPODIK & PENDIDIKAN - Memahami Simbol Pohon Karakter Pancasila adalah sebuah ilustrasi untuk memahami bangunan filsafat Pancasila.

Uraian tentang menggali Pancasila menjadi bagian dari pengungkapan dimensi realitas (ontologi), memahami Pancasila merupakan bagian dari cara mendapatkan ilmu pengetahuan tentang Pancasila (epistemologi) dan menyemai Pancasila merupakan perwujudan dari tindakan pendidikan mengungkap hasilnya dalam bentuk ideal (axiologi) seperti dalam bentuk profil pelajar Pancasila

Di mana dimensi ontologi/ metafisika disimbolkan seperti akarnya, batangnya yang besar adalah epistemologinya baik melalui logika, sejarah dan bahasa, serta cabang, dahan, daun dan buah adalah dimensi aksiologi nilai-nilainya. 

Keseluruhannya terhubung dan menjalin kesatuan sistemik Pancasila dalam konteks penguatan karakter bangsa. 

Melalui pohon karakter ini maka memahami Pancasila sebagai satu kesatuan sistem pengetahuan yang terdiri dari bagian-bagian di dalamnya dapat tercapai.

Alam kenyataan yang direfleksikan dalam bentuk Pancasila merupakan dasar metafisika. 

Untuk melukiskan pengertian metafisika, seringkali para pendiri bangsa mengungkapkannya dengan bahasa puitis yang penuh jiwa. 

Ki Hajar Dewantara menggambarkannya seperti perumpamaan matahari. Menurutnya tentang isi keadilan dalam Pancasila, 

“Lihatlah sebagai contoh sifat sang matahari, yang telah ditetapkan oleh hukum kodrat alam, atas kehendak Tuhan menurut ajaran agama, untuk memberi sinar nya. Sinar matahari yang diperlukan untuk hidup tumbuh segala makhluk dan tumbuh-tumbuhan di seluruh alam dunia ini. Sang matahari tidak membeda-bedakan, pun matahari tidak memaksa atau melarang digunakan nya, yang bersifat sakti tadi. Matahari memberi sinar nya kepada semua tumbuh-tumbuhan dan makhluk, yang memerlukan sinar nya. Pemberian sinar matahari berlaku dengan merata dan adil. Sesuai dengan semboyan ‘demokrasi’ dan ‘keadilan sosial’ yang dapat diganti dengan ucapan “sama rata, sama rasa” (1950:32-33).

Dalam kehidupan yang sesungguhnya ditemukan dengan menjalankan nilai ketuhanan yang diyakininya maka dia telah menjadi Pancasilais. 

Dengan menjalankan kodrat kemanusiaannya maka dia telah Pancasilais. Menjadi jiwa pemersatu dia telah Pancasilais. Selalu mengedepankan musyawarah dia telah Pancasilais. 

Begitu telah menjalankan keadilan maka dia telah Pancasilais. Inilah yang ingin disebut dengan buah atau aksiologi Pancasila.

Sementara bagaimana merefleksikan kenyataan itu dapat dipahami merupakan aspek epistemologi. 

Logika, bahasa, dan sejarah menjadi sandaran yang mampu mengantarkan pemahaman ini. 

Kita menyadari bahwa ungkapan pengetahuan tercermin dari penalaran logika yang memunculkan watak kritis yang menumbuhkan ilmu pengetahuan. 

Artikulasi penyampaian pengetahuan melalui ketentuan bahasa yang runtut dan sistematis juga menjadi salah satu indikator penguasaan keterampilan menyampaikan pendapat dan gagasan. 

Objek informasi yang beragam sebagai bagian dari pengetahuan yang diperoleh merupakan esensi pengolahan informasi sejarah yang hinggap dalam pikiran. 

Apalagi pada era digital yang menyediakan banjir informasi dan keterbukaan informasi yang memerlukan filter dalam bentuk penalaran kritis dan penyampaian bahasa yang tepat.

Ketika dua aspek tersebut telah mampu dijelaskan maka apa guna dan bentuk yang dapat dirasakan menjadi bagian dari aksiologi. 

Dia harus konkret terasa dan memiliki nilai kegunaan. Uraian yang panjang tentang makna Pancasila dan sila-silanya dibantu dengan cara menguraikan hasilnya merupakan buah dari pemikiran komprehensif. 

Pohon karakter Pancasila pada dasarnya bagian dari siklus ilmu pengetahuan yang tercermin dari pohon pengetahuan (tree of knowledge).

Bagaimana dunia pendidikan menjadi sangat vital dan urgen untuk menciptakan lingkungan pendidikan (epistemic community) tidaklah berlebihan karena itulah esensi dari pendidikan itu sendiri, menciptakan manusia yang sesungguhnya dan seutuhnya. 

Sehingga membayangkan pohon karakter Pancasila dengan dunia pendidikan di Indonesia menjadi lebih dekat dan bahkan identik. 

Misalnya jika mengacu pada trilogi pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara dan mengaitkannya dengan pohon karakter Pancasila dapat diterjemahkan dalam dimensi yang sama.


Pohon Karakter Pancasila
Pohon Karakter Pancasila


Ajaran Ki Hajar Dewantara tentang Tut Wuri Handayani meletakkan gagasan metafisika/ ontologi pendidikan dimana dukungan penuh atas potensi peserta didik diwujudkan dalam semesta pendidikan yang tidak nampak. 

Bahwa sejatinya guru adalah pendukung utama peserta didik dari belakang. Guru merupakan pribadi dan simbol yang selalu mengikuti dari belakang dan selalu mendorong peserta didik menggapai cita-citanya. 

Semesta ini menjadi hal yang kodrati bahwa guru selalu mendukung apapun kemajuan bagi peserta didik baik diungkapkan atau pun tidak.

Ajaran Ing Madya Mangun Karsa menyiratkan dukungan yang nampak oleh guru terhadap peserta didik nya dalam bentuk motivasi, metode pendidikan, manajemen pendidikan. 

Kehadiran guru bagi peserta didik nya merupakan pendamping setia untuk selalu menciptakan inspirasi, membangun motivasi dan mengarahkan kepada metode mencapai pengetahuan peserta didik. 

Dalam kerangka inilah bangunan pohon karakter Pancasila yang bersifat epistemologis mendapatkan tempat dengan pemberian pengetahuan kognitif logika, bahasa dan informasi sejarah.

Ajaran Ing Ngarsa Sung Tuladha merupakan buah yang dapat dinikmati oleh peserta didik dengan mudahnya mendapatkan keteladanan atau pemberian contoh yang disimbolkan gurunya. 

Mereka tidak kesulitan mencari sosok ideal yang bisa dijadikan patokan keteladanan yang diperoleh dari gurunya. Kehadiran gurunya adalah wujud keilmuan yang mudah untuk diikuti. 

Tanpa keteladanan dan sosok yang dekat bagi peserta didik akan menyulitkan mereka untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam lingkungan yang mereka hidup dan belajar di dalamnya. 

Dalam konteks inilah pohon karakter Pancasila yang bersifat axiologis diterapkan dalam dunia pendidikan.

Mengaitkan Pancasila sebagai sumber penguatan karakter bangsa memerlukan sistem penjelasan yang komprehensif dan detail. 

Pohon karakter menjadi cerminan konseptual untuk menempatkan kerangka logis yang mudah untuk dipahami. 

Simbol pohon karakter menunjukkan bagian-bagian pertumbuhan seorang anak didik melalui konsep akar, batang, cabang, dahan, daun, bunga, dan buah dari sebuah ekosistem pendidikan.

Itulah di atas penjelasan tentang Memahami Simbol Pohon Karakter Pancasila, semoga dapat bermanfaat.

Terima Kasih.

Salam Satu Data Pendidikan Indonesia.

Post a Comment