Membumikan Budaya Literasi Di Sekolah

Table of Contents

Budaya Literasi


INFO DAPODIK & PENDIDIKAN - Membumikan Budaya Literasi Di Sekolah merupakan pembahasan pada kali ini yang dapat Admin sampaikan.

Salah satu kunci dalam memperoleh pengetahuan adalah dengan membaca. 

Dengan demikian, pemahaman dan wawasan kita akan bertambah, kemampuan dan pola berpikir lebih mendalam dan terarah, serta bisa memahami situasi dengan bijak. 

Selain itu, dengan membaca, kemampuan menulis dan berbicara kita semakin terasah. 

Bagi guru, kita akan mampu memberi penjelasan yang luas dan mendalam kepada anak didik sehingga tidak bosan dengan penjelasan yang monoton. 

Apalagi permasalahan yang dialami guru ketika berhadapan dengan anak didik, orangtua, sesama guru, yayasan, maupun dengan lembaga pemerintahan sangat kompleks. 

Oleh karena itu, guru butuh pemikiran yang jernih dan bisa menganalisis serta memecahkan permasalahan yang ada. 

Membaca buku akan mempermudah guru untuk berpikir bijak dan jernih serta bisa menentukan langkah yang akan diambil. 

Kita bisa belajar dari pengalaman guru yang sudah banyak ditulis dalam buku maupun artikel, tentunya dengan membaca kisah terkait.

Data UNESCO tahun 2011 menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat minim, dari seribu orang penduduk hanya satu yang punya minat banyak tinggi. 

Ini tentu sangat memprihatinkan, apalagi dengan kemajuan teknologi yang berkembang pesat membuat keinginan membaca buku belum membaik. 

Amati saja di sekitar kita, apa yang lebih menarik bagi mereka, buku-buku berbobot atau gadget

Kebanyakan akan lebih senang up date status yang justru sering tidak penting di media sosial daripada menikmati buku. 

Padahal dengan membaca buku, kita akan tahu banyak hal karena salah satu sifat buku adalah selalu up to date

Meski usianya sudah puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun, tetapi masih relevan untuk dijadikan bacaan hari ini.

Dari buku-buku yang telah dibaca, kita akan mendapat banyak informasi yang masuk ke dalam otak lalu melahirkan keinginan untuk mengungkapkan. 

Bentuk ungkapan ada 2 (dua), yaitu ungkapan secara lisan, atau ungkapan secara tulisan. 

Ungkapan yang keluar pun akan berbeda antara yang banyak membaca dengan yang kurang bahan bacaan. 

Anak didik yang terbiasa melahap buku-buku bermutu akan lebih mampu mengutarakan banyak hal secara mendetail dan runtut kepada orang lain. 

Sementara mereka yang kurang bahan bacaan, wawasan nya sempit sehingga tidak bisa mengurai banyak hal kepada orang lain. 

Struktur kalimat yang dipakai pun tidak seruntut mereka yang terbiasa bergelut dengan bahan bacaan.

Mulai dari Sekolah

Pertama, memberi tugas yang menuntut mereka membaca

Misalnya, dengan menugaskan untuk menjelaskan sejarah kemerdekaan Indonesia, jangan sampai mereka hanya dimintai menyebutkan apa saja pertempuran itu, kapan, di mana. 

Pertanyaan itu hanya akan membuat anak didik menghafal tanggal dan pemimpin yang menghiasi sejarah. 

Akan lebih menantang dan meningkatkan pemahaman ketika kita minta mereka menjelaskan lebih luas dengan uraian yang lengkap. 

Anak didik bisa ditugasi mencari tau mengapa pertempuran itu terjadi, apa yang menyebabkan kekalahan dan kemenangan baik di pihak Indonesia maupun para penjajah, dan tidak lupa kita beri tahu mereka buku-buku penunjang yang bisa dijadikan referensi. 

Kalau perlu, kita pun bisa minta anak didik untuk memberi komentar terhadap peristiwa terkait. 

Jika tugas itu berupa laporan tertulis, sarankan mereka untuk menulis tangan disertai daftar buku referensi yang telah dibaca. 

Kelihatannya sepele, namun dengan menulis tangan ada dua tahap belajar yang dilalui anak didik, yaitu membaca dan menulis. 

Berbeda jika diketik, mereka bisa saja copy paste dari internet atau materi yang telah ada tanpa membacanya terlebih dahulu. 

Kedua, menumbuhkan dalam diri anak kecintaan kepada perpustakaan

Guru harus memutar otak agar buku di perpustakaan lebih menarik bagi mereka dibandingkan makanan enak yang disajikan. 

Sekolah bisa mendesain perpustakaan yang menarik minat baca anak didik. 

Sudah saatnya perpustakaan sekolah tidak hanya berisi buku-buku paket dan Pplajaran, tetapi juga menyediakan buku-buku pengetahuan umum yang mampu menarik anak didik untuk betah berlama-lama di dalamnya. 

Kita bisa menyediakan meja, kursi, dan tempat lesehan yang nyaman untuk membaca. 

Bisa juga dengan mendekatkan perpustakaan dengan taman sehingga anak bisa membacanya di bawah pohon rindang sambal menikmati udara yang berembus pelan. 

Jika selama ini studi banding identik ke tempat rekreasi, sesekali kita perlu mengajak anak didik studi banding ke perpustakaan.

Ketiga, mengadakan lomba kepenulisan

Bentuknya bisa membuat madding, bercerita, atau mengarang. 

Ini dilakukan sebagai upaya yang lain bisa menguatkan keinginan anak didik pada budaya literasi

Kita bisa memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih tema. Sesuai fitrah, manusia itu suka dengan cerita, apalagi anak-anak. 

Ketika anak-anak diberi kebebasan untuk bercerita atau mengarang, imajinasi dan kekuatan kata-kata mereka akan berkembang. 

Tidak perlu dibatasi berapa halaman yang akan ditulis karena itu sama dengan membatasi imajinasi mereka. 

Biarkan saja mereka menuangkan ide-ide cemerlangnya dalam lembar putih, pun dengan mading (majalah dinding). 

Untuk membuat mading yang bagus mau tidak mau mereka harus membaca sebagai bahan referensi.

Keempat, contoh langsung dari guru 

Sebanyak apapun usaha kita untuk memantik minat baca anak didik tidak akan efektif ketika guru tidak memberi contoh langsung. 

Mereka akan lebih mudah melakukan sesuatu karena apa yang dilihat daripada apa yang didengar. 

Ketika membaca, guru bisa memilih tempat yang bisa dilihat banyak oleh para anak didik. 

Tujuannya tentu bukan untuk pamer, tetapi untuk memberi pesan kepada mereka bahwa membaca itu penting. 

Semoga peran aktif sekolah dalam menumbuhkembangkan minat baca anak didik melahirkan generasi yang cerdas sehingga indeks perkembangan manusia Indonesia bisa bersaing dengan negara lain.

Demikianlah pembahasan mengenai Membumikan Budaya Literasi Di Sekolah, semoga dapat bermanfaat.

Terima Kasih.

Salam Satu Data Pendidikan Indonesia. 

Post a Comment